Rawa Pening
Rawa Pening
Rawa Pening berasal dari bahasa jawa yaitu “Rawa bening")
adalah danau alam di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dengan luas
2.670 hektare, ia menempati wilayah
Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru.
Rawa Pening terletak di cekungan
terendah lereng Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung
Ungaran. Danau ini dangkal dan menjadi hulu bagi Sungai Tuntang. Dibali
nama rawa pening ini ada kisah dongeng di dalamnya, berikut ceritanya.
Dahulu
kala, hiduplah seorang anak yang sakti. Kesaktiannya ini membuat seorang
menyihir jahat merasa iri. Akhirnya penyihir jahat menyihir anak itu, sehingga
tubuhnya penuh luka dengan bau sangat menyengat. Luka-luka baru akan muncul
begitu luka lama mulai kering. Keadaannya kondisi tubuhnya itu, tidak ada
seorang pun yang mau berhubungan dengannya. Jangankan bertegur sapa, berdekatan
saja orang tidak mau. Mereka takut tertular.
Suatu
hari, anak ini bermimpi ada seorang perempuan tua yang dapat menyembuhkan
penyakitnya. Ia pun berkelana mencari perempuan tua dalam mimpinya tersebut. Di
setiap kampung yang ia datangi, ia selalu ditolak oleh penduduk. Mereka merasa
jijik dan mengusir anak ini.
Akhirnya,
sampailah ia di sebuah kampung yang sebagian besar penduduknya adalah
orang-orang yang sombong. Tidak banyak orang yang miskin di desa itu. Mereka
akan diusir atau dibuat tidak nyaman kalau tinggal di sana. Hal ini mengusik
hati anak kecil ini.
Pada suatu
hari ada pesta yang diselenggarakan di kampung itu, anak kecil ini berhasil
masuk. Namun, orang-orang segera mengusirnya dan mencaci-makinya. Ia langsung
diseret keluar.
Pada
saat terseret, ia berpesan kepada orang-orang itu supaya lebih memerhatikan
orang tak punya. Mendengar kata-kata anak itu, beberapa orang makin marah,
bahkan meludahinya sambil berkata, "Dasar anak setan, anak buruk
rupa!"
Anak itu
merasa terluka dengan perlakuan orang-orang tersebut. Lalu, ia menancapkan
sebuah kayu lidi di tanah dan berkata, "Tak ada satu pun yang bisa
mencabut lidi ini dari tanah, hanya aku yang bisa melakukannya!"
Orang-orang
meragukan ucapan anak tersebut. Mereka pun mencoba mencabut lidi tersebut.
Namun, tak seorangpun dapat melakukannya. Dalam beberapa hari, lidi itu tak
bisa tercabut. Suatu hari, secara diam-diam, anak itu datang dan mencabut lidi
itu. Tanpa sepengetahuannya, ada seorang warga yang melihatnya dan
melaporkannya kepada warga yang lain.
Dari
tempat lidi itu dicabut, mengalirlah mata air. Semakin lama, air itu semakin
deras. Air menenggelamkan daerah tersebut, sehingga menjadi sebuah telaga yang
kini bernama Telaga Rawa Pening.
Tidak
ada yang selamat dari musibah itu kecuali seorang perempuan tua yang berbaik
hati memberinya tempat tinggal dan merawatnya. Secara ajaib penyakit kulit anak
itu sembuh.
Namun,
penyihir jahat yang telah menyihir si anak itu tidak terima dengan kesembuhan
itu. Kemudian, ia menyihir anak itu menjadi seekor ular besar dengan sebuah
kalung genta di lehernya.
Konon,
ular ini sering keluar dari sarangnya pada tengah malam. Setiap kali bergerak,
dentingan kalung di lehernya selalu berbunyi klentang-klenting. Bunyi inilah
yang kemudian membuatnya dinamakan Baru Klinting.
Kemunculan
ular itu diyakinin masyarakat sebagai tanda keberuntungan bagi nelayan nelayan
yang tidak mendapat ikan.
Kini,
Telaga Rawa Pening adalah objek wisata yang sangat populer di Jawa Tengah.
Tempat ini terletak di Desa Bukit Cinta, Kabupaten Ambarawa.
-
Sekian -
Baca juga cerita rakyat dari Jawa lainnya :
Comments
Post a Comment